Seorang Pendidik
Dia adalah seorang Dosen. Tadi pagi dia menghampiri tempat dudukku Kukira dia akan bertanya apakah aku memahami penjelasan di depan, tapi ini yang dia tanyakan: "Bagaimana studimu selanjutnya? Kau tidak harus jadi pegawai atau staf kantoran ya. Jadilah penulis atau apa saja yang akan membuatmu bahagia. Tidak harus jadi pejabat untuk terhormat. Ciptakan suksesmu sendiri." "Ibu mambaca tulisan-tulisan saya?" "Ya. Dan saya menyukainya." Ketika beliau ke depan lagi untuk menuliskan pelajaran di papan, aku tak mampu menahan air mataku yang jatuh karena rasa haru. Percakapan 2 menit di siang itu benar-benar menyentuh perasaanku. Selama ini tak ada dosen yang lebih menganggap penting tulisan-tulisanku lebih daripada dirinya. Dia menganggap kemampuan menulis seorang mahasiswa layak dihargai sama seperti kemampuan matematika. Sebelum ini, aku pernah berbicara lama dengannya, di bangku koridor berdua saja. Tak ada hidden agenda, tidak ada ketulusan yang dibu...