Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2018

Adit, Mimpi kita masih sama

Mungkin sebagian dari teman2 sudah tau siapa adit, yap dia pemain sepakbola junior u-13 yg kemarin saat pulang bertanding di kompetisi sepakbola junior u -13 di lampung, rumah beserta keluarga nya terkena bencana tsunami selat sunda. Berita mengenai adit saya dapatkan di media sosial dan televisi , melihat berita tersebut saya sangat tersentuh dan bersimpati kepada adit , bocah yg baru berumur kurang dari 13 tahun tersebut harus menerima kenyataan pahit setelah orang tuanya menjadi korban dalam tragedi tsunami selat sunda. Saat itu adit menangis meratapi nasib nya yg kini telah menjadi yatim piatu , dan dia di tenangkan oleh seorang anggota TNI yg bertugas disana, mungkin baginya terlalu cepat tuhan mengambil orang tua tercinta nya ,tapi percaya lah nak, Tuhan punya rencana yang indah di balik peristiwa ini , tuhan percaya Adit kuat untuk menghadapi tantangan ini, seperti hal nya dilapangan saat mempertahankan tim dari serangan lawan , adit selalu kuat menahan gempuran lawan, "(...

Terimakasih masa lalu

Coba resapi, berapa banyak orang di masa lalu yang telah menjadi perantaramu bertumbuh menjadi seperti sekarang. Tanpa mereka, barangkali kamu tidak akan sampai di titik ini. Orang-orang yang mungkin pernah menjadi bagian dari penyesalan kita, di masa lalu. Kalau kamu bertemu dg pasangan terbaikmu sekarang, berapa banyak yang sudah melewatimu dan kamu lewati? Kalau kamu berada dalam lingkungan pekerjaan yang baik, berapa banyak yang sudah membuat cita-citamu limbung? Kalau kamu berada dalam pemahaman hidup yang luas saat ini, berapa banyak yang telah membuatmu kecewa? Di masa lalu, mereka adalah perantara pemahaman dan kebaikanmu hari ini. Bagaimanapun mereka, pernahkan kamu berterima kasih? Sekalipun mereka tidak pernah mengetahuinya.

Misqueen

Agak kurang nyaman ngedenger bercandaan yang bawa status atau kata-kata miskin. Kayak sobat miskin, misqueen, dll. Padahal kemiskinan bukan bahan candaan. Itu penyakit serius di masyarakat. Malah lebih serius dari penyakit fisik. Karena miskin, orang bisa kena penyakit fisik. Mental juga. Bayangin aja kalau, satu penyakit, misalnya, maaf, kanker. Dijadikan bahan candaan. "Eh lemes amat sih lu, kayak orang kanker. Hahahahaha". Ternyata ada temanmu yang denger candaan itu, dan diam-diam sudah lama mengidap kanker. Gimana tuh kira-kira perasaan temenmu? Begitu juga soal yg miskin-miskin ini. Percayalah, di sekitar kita, ada banyaaaak, orang yang kehidupannya susah. Tapi beberapa dari mereka nggak mau menampakkan. Si A yang kelihatannya baik-baik aja ternyata harus banting tulang biayain kuliah sendiri sekaligus jadi tulang punggung keluarga di kampung. Lain lagi dengan si B, yang demi nabung buat biayain sekolah adik-adiknya, harus makan sekali sehari supaya irit..... La...

TENTANG ORANG LAMA

Tumbuh bersama, di lingkungan yang sama. Lebih banyak menunduk tanpa senyum sebagai petunjuk. Kita pernah saling menyapa. Iya, sebatas pesan singkat dari ponsel jadulku enam tahun lalu. Aku yang mengenalmu lewat ceritamu, kamu yang mengenalku lewat ceritaku. Sederhananya; kita tak pernah saling bertatap mata. Kini, trauma terhadap luka membuatku menjadi gigil pada siapa saja. Namun, sabarmu sedikit demi sedikit menyeka harapku yang masih kekal pada seseorang. Aku tak marah, sebab hadirmu jauh lebih dulu daripada ia. Bedanya, saat itu semesta sedang ingin mematahkan hatiku lewatnya. Beberapa bulan belakangan, aku mulai ringan bergerak kesana kemari. Berdendang melantunkan lagu kenangan yang masih enak didengar. Setidaknya karenamu, aku belajar tak membenci masalalu. Sesal tak harus ada pada jatuh cinta, sebab kegagalan bukan aib, tapi pembelajaran untuk menjadi dewasa. Seperti mengeluarkan dahak dalam tenggorokan, leganya luar biasa. Kau dan aku tak berubah. Masih saja mengandalka...