TENTANG ORANG LAMA
Tumbuh bersama, di lingkungan yang sama. Lebih banyak menunduk tanpa senyum sebagai petunjuk. Kita pernah saling menyapa. Iya, sebatas pesan singkat dari ponsel jadulku enam tahun lalu. Aku yang mengenalmu lewat ceritamu, kamu yang mengenalku lewat ceritaku. Sederhananya; kita tak pernah saling bertatap mata.
Kini, trauma terhadap luka membuatku menjadi gigil pada siapa saja. Namun, sabarmu sedikit demi sedikit menyeka harapku yang masih kekal pada seseorang. Aku tak marah, sebab hadirmu jauh lebih dulu daripada ia. Bedanya, saat itu semesta sedang ingin mematahkan hatiku lewatnya.
Beberapa bulan belakangan, aku mulai ringan bergerak kesana kemari. Berdendang melantunkan lagu kenangan yang masih enak didengar. Setidaknya karenamu, aku belajar tak membenci masalalu. Sesal tak harus ada pada jatuh cinta, sebab kegagalan bukan aib, tapi pembelajaran untuk menjadi dewasa.
Seperti mengeluarkan dahak dalam tenggorokan, leganya luar biasa. Kau dan aku tak berubah. Masih saja mengandalkan pesan singkat sebagai alat pelunas rindu. Kita bisa apa? Enam tahun lalu hidup berdekatan, tapi saling tak memandang. Lalu, sekarang ada jarak yang membentang. Anggap saja semesta sedang mengulurkan waktu untuk kita tak bertemu dulu.
Kini, trauma terhadap luka membuatku menjadi gigil pada siapa saja. Namun, sabarmu sedikit demi sedikit menyeka harapku yang masih kekal pada seseorang. Aku tak marah, sebab hadirmu jauh lebih dulu daripada ia. Bedanya, saat itu semesta sedang ingin mematahkan hatiku lewatnya.
Beberapa bulan belakangan, aku mulai ringan bergerak kesana kemari. Berdendang melantunkan lagu kenangan yang masih enak didengar. Setidaknya karenamu, aku belajar tak membenci masalalu. Sesal tak harus ada pada jatuh cinta, sebab kegagalan bukan aib, tapi pembelajaran untuk menjadi dewasa.
Seperti mengeluarkan dahak dalam tenggorokan, leganya luar biasa. Kau dan aku tak berubah. Masih saja mengandalkan pesan singkat sebagai alat pelunas rindu. Kita bisa apa? Enam tahun lalu hidup berdekatan, tapi saling tak memandang. Lalu, sekarang ada jarak yang membentang. Anggap saja semesta sedang mengulurkan waktu untuk kita tak bertemu dulu.
Tak apa, toh, kita masih bisa diam-diam mengirim rasa lewat doa.
Komentar
Posting Komentar